Mazmur 142:2 (TB) (142-3) Aku mencurahkan keluhanku ke hadapan-Nya, kesesakanku kuberitahukan ke hadapan-Nya.
Seorang wanita sedang menangis dan berteriak kepada seseorang melalui telepon, “aku hanya butuh didengar, tidak butuh nasihatmu, dan tentu aku tidak mau masalahku menjadi bahan pembicaraan di antara teman-temanmu.” Ternyata wanita ini telah menceritakan masalah pribadinya yang begitu berat kepada sahabatnya, namun tidak mendapat respons yang dia harapkan, dan dia merasa bahwa justru masalahnya menjadi bahan gunjingan di antara teman-teman yang lain.
Dalam menjalani kehidupan di dunia ini, ada banyak pergumulan yang membuat kita butuh tempat untuk berbagi, namun manusia seringkali mengecewakan. Namun dari bacaan Mazmur hari ini, ada penghiburan. Mazmur ini mencatat keluh kesah Daud kepada Tuhan karena kondisi yang dia alami.
Alkisah, sepulang dari sawah, seekor kerbau berbaring di kandangnya dengan wajah capek dan napas yang berat. Saat itu datanglah seekor anjing, temannya.
Kerbau berkata, “Ah, teman lamaku, aku sungguh capek dan besok mau istirahat sehari saja.”
Anjing itu pun pergi dan menjumpai kucing di sudut tembok, ia berkata, “Tadi saya bertemu dengan kerbau, ia besok mau istirahat dulu. Pantaslah, sebab bosnya memberi pekerjaan terlalu berat sih.”
Ketika kucing itu bertemu dengan kambing, ia berkata, “Si kerbau komplain ke bos karena ngasih kerja terlalu banyak dan berat. Besok ia gak mau kerja lagi.”
Saat sedang berjalan, Kambing bertemu dengan ayam, lalu katanya, “Kerbau gak suka kerja untuk bos lagi, mungkin ada bos lain yang lebih baik.”
Kemudian Ayam bertemu dengan monyet dan berkata, “Kerbau gak akan kerja untuk bosnya lagi dan ingin cari kerja di tempat yang lain.”
Saat makan malam, monyet bertemu dengan bosnya dan berkata, “Bos, si kerbau akhir-akhir ini sudah berubah sifatnya, dan ia mau meninggalkan bos untuk kerja dengan bos lain.”
Mendengar ucapan si monyet, bos marah besar dan membunuh si kerbau karena dinilai telah mengkhianatinya.
Ucapan kerbau yang sebenarnya adalah, “Saya sungguh capek, dan besok mau istirahat sehari saja.”
Tetapi lewat beberapa temannya akhirnya ucapan ini sampai ke bos, namun pernyataan si kerbau telah berubah menjadi, “Si kerbau akhir-akhir ini telah berubah sifatnya dan mau meninggalkan bos untuk kerja dengan bos lain.”
Demikianlah. Ada kalanya sebuah ucapan harus berhenti sampai telinga kita saja, tidak perlu diteruskan ke orang lain.
Dan kita yang mendengarnya sebaiknya jangan percaya begitu saja apa yang dikatakan oleh orang lain, meskipun itu orang terdekat kita.
Kita perlu check and recheck kebenarannya sebelum bertindak.
Kebiasaan melanjutkan perkataan orang lain dengan kecenderungan menambahi atau mengurangi, bahkan menggantinya, berdasarkan persepsi sendiri bisa berakibat fatal.
Pertama, hal ini merusak hubungan persahabatan.
Kadang gosip dilakukan dengan sengaja dan jahat oleh seseorang yang iri yang sakit hati terhadap teman yang dimiliki orang lain. Jika dia bisa menggali informasi hina apapun, dia bisa menggunakannya untuk memisahkan mereka dan masuk kedalam cela. Dia melihat lebih mudah memenangkan teman dengan menunjukan kebaikan dan ketidakegoisan kepada yang lain. “Saya tidak bermaksud bicara tentang dia, tapi …” “Saya tidak ingin kamu berpikir saya bergosip, tapi …” Dan itulah pisaunya!
Mungkin tidak ada maksud jahat, tapi hasilnya tetap sama.
Kedua, gossip melukai orang.
“Perkataan pemfitnah seperti sedap-sedapan, yang masuk ke lubuk hati” (Amsal 18:8). Apa yang anda rasakan saat menemukan orang lain sedang membicarakan hal yang tidak baik tentang anda? Mereka mungkin menikmatinya seperti gula, tapi itu melukai anda bukan? Dan sakitnya mencapai kelubuk hati. Walau kita tahu Tuhan ingin kita mengampuni mereka, kita biasanya bimbang, khawatir, jengkel karena itu, merasa bersalah dan marah terhadap mereka. Kadang itu mulai mempengaruhi kemampuan anda berfungsi secara baik. Dan itu memerlukan waktu lama untuk sembuh. Pikir lagi jika disaat berikut anda merasa ingin membagikan sesuatu tentang orang lain. Apakah hal itu juga kalau dikatakan tentang anda bisa anda terima, walaupun itu benar sekalipun?
Ketiga, Gosip menghasut kemarahan.
“Angin utara membawa hujan, bicara secara rahasia muka marah” (Amsal 25:23). Beberapa orang yang paling pemarah yang pernah saya ajak bicara menjadi korban gosip. Mereka jadi murka. Hasil dari kemarahan mereka adalah dosa, dan mereka perlu menyelesaikannya. Tapi orang yang mengatakannya harus tetap mempertanggung jawabkan ketidaktaatannya terhadap Firman Tuhan.
Apakah anda pernah melihat selang air yang tak terkendali? Itu terlempar-lempar, menabrak benda-benda dan membasahi orang didekatnya. Orang-orang itu kemudian tidak begitu senang dengan anda bukankah begitu? Lidah yang terlempar-lempar, menyemburkan gossip, memiliki akibat yang lebih buruk.
Keempat, Itu menyebabkan perselisihan.
“Bila kayu habis, padamlah api; bila pemfitnah tak ada, redalah pertengkaran” (Amsal 26:20). Kita semua mengetahui banyak gereja yang hancur karena perselisihan. Tapi ada satu hal dimana perselisihan bisa tidak muncul jika orang berhenti bergosip. “Apakah kamu tahu apa katanya? Sini saya katakan apa pendapat saya tentangnya. Pembicaraan yang bodoh. Tapi ini seperti kayu yang sedang terbakar. Itu membuat orang tergerak, dan mereka membuat orang lain juga tergerak, dan yang mulanya hanya api kecil menjadi amukan api.
Bagaimana Melawan Keinginan Untuk bergosip?
Usulan pertama untuk menghilangkan gossip dari pembicaraan kita adalah mentaati perintah Kristus dan berhadapan langsung dengan orang itu. “Apabila saudaramu berbuat dosa, tegorlah dia di bawah empat mata. Jika ia mendengarkan nasihatmu engkau telah mendapatnya kembali” (Matius 18:15). Tuhan ingin kita menegur mereka yang bersalah. Jika seseorang melakukan sesuatu yang menyerang kita, bersalah, mengambil kesempatan atau mengagalkan kita dengan cara apapun, atau jika kita mengetahui ada dosa yang serius yang telah dilakukan, kita harus bicara langsung pada orang itu. Jangan kepada orang lain! Hanya kepada dia. Jika hal itu kecil, mungkin kita langsung mengampuninya dan melupakannya. Tapi jika itu penting, kita harus bicara langsung padanya lebih dulu. Dan jika tidak begitu penting sampai harus bicara langsung padanya, maka jelas hal ini tidak bisa dikatakan pada orang lain.
Usulan kedua dalam menghilangkan gossip adalah menolak mendengarnya
Jika kita semua mau mengikuti saran ini, gossip tidak bisa menancapkan racunnya. Sangat sulit untuk tidak mendengar saat seseorang memberikan kita informasi kelas tinggi dan sangat rahasia. Itu membuat kita merasa penting karena mereka memilih mengatakannya pada kita. Natur dosa kita yang lama mendorong kita untuk melakukannya dan menyimpannya agar suatu hari bisa digunakan untuk meningkatkan derajat kita. Tapi baik pendengar maupun yang mengatakan sama bersalahnya. Orang bicara karena ada yang mendengar. Jika tidak ada yang mendengar, gossip akan hilang.
Usulan ketiga untuk mengatasi gossip adalah lebih terbuka terhadap kelemahan anda. Kita senang menyimpan kelemahan kita untuk menjaga image. Jika kita tidak sedang rukun dengan pasangan, atau salah satu anak lari dari rumah, atau kita kesulitan dalam pekerjaan, kita tidak ingin orang lain mengetahuinya karena itu bisa menghancurkan reputasi kita sebagai orang Kristen yang baik. Tapi rahasia kita tidak hanya menghalangi penyembuhan yang bisa dilakukan anggota Tubuh yang lain, tapi juga menyediakan tempat bagi rumor. Jika kita secara terbuka membagikan masalah dan secara pribadi meminta dukungan doa dari orang percaya lainnya, kita akan sangat tertolong, dan misteri yang merupakan makanan gossip akan lenyap. Tidak ada alasan untuk gossip jika semua orang sudah mengetahuinya.
Usulan keempat adalah belajar mengasihi.
Hal terburuk dari gossip adalah itu sama sekali tidak mengasihi. Kita tidak menunjukan kasih pada orang yang kita bicarakan. Kita menghancurkannya dihadapan orang lain, dimana kasih seharusnya membangun (1 Kor. 8:1). Sebelum kita membuka mulut kita lebih dulu bertanya,
“Apakah ini akan membangun orang lain?
Apakah ini akan membangun kepercayaan?
Apakah ini akan membangun kasih?”
Jika tidak, lebih baik tidak dikatakan. Ada banyak hal yang sudah saya katakan, yang saya harap bisa saya tarik kembali. Tapi sudah terlambat! Perkataan yang tidak dipikir, tidak bisa ditarik kembali. Belajarlah mengasihi!
Ada satu usulan lagi, yang paling jelas dan penting, tapi kurang digunakan. Minta Tuhan menolong menjaga lidah anda. Pemazmur berkata. “Mudah-mudahan Engkau berkenan akan ucapan mulutku dan renungan hatiku, ya TUHAN, gunung batuku dan penebusku” (Maz 19:14). “Awasilah mulutku, ya TUHAN, berjagalah pada pintu bibirku!” (Maz 141:3). Tuhan senang menolong orang yang dengan rendah hati mengakui kebutuhan mereka dan meminta pertolonganNya. Maukah anda mencobanya? Dia akan menolong anda menaklukan kebiasaan gossip anda.
Apa yang dapat kamu lakukan jika kamu menjadi korban gosip yang tak beralasan?
Pertimbangkan penyebabnya
Cobalah pahami apa yang mendorong orang bergosip.
– Ada yang berbuat begitu untuk meraih popularitas, membuat mereka kelihatan tahu segalanya. “Mereka ingin orang lain menganggap dirinya keren hanya karena mereka bisa membicarakan orang lain,”
– Kurang percaya diri dapat menyebabkan beberapa meremehkan orang lain hanya supaya mereka merasa lebih baik.
– “Orang-orang merasa bosan,” katanya. “Mereka ingin menciptakan sensasi dan membuat hidup lebih menarik dengan memulai gosip.”
2. Kendalikan emosimu.
– Orang yang terluka akibat gosip yang berbahaya dan tidak mengendalikan rasa malu serta marahnya dapat bereaksi secara berlebihan sehingga belakangan menyesalinya.
– “Ia yang cepat marah akan melakukan kebodohan,” kata Amsal 14:17.
– Meski ini lebih mudah dikatakan daripada dilakukan, pada saat inilah kamu terutama harus menahan diri lebih daripada biasanya.
– Jika kamu dapat melakukannya, kamu tidak akan jatuh ke dalam jebakan yang sama dengan orang yang menggosipkan kamu.
3. Pahami niat yang sesungguhnya.
– Tanyalah dirimu, ‘Apakah aku yakin bahwa yang aku dengar itu memang mengenai diriku?
– Apakah itu gunjingan atau kesalahpahaman yang serius?
– Apakah aku terlalu cepat tersinggung?’
– Tentu saja, tidak ada alasan yang bisa membenarkan gosip yang berbahaya.
– Namun, reaksi yang berlebihan bisa menimbulkan kesan yang lebih buruk tentang dirimu ketimbang gosip tersebut.
Pertahanan Terbaik
Alkitab mengakui bahwa “kita semua sering kali tersandung”, dan menambahkan, “Jika seseorang tidak tersandung dalam perkataan, ia adalah manusia sempurna, juga sanggup mengekang seluruh tubuhnya.” (Yakobus 3:2) Jadi, tidaklah bijaksana jika kita selalu menanggapi dengan serius setiap omongan tentang diri kita. Pengkhotbah 7:22 mengatakan, “Hatimu tahu benar bahwa engkau, ya, engkau, juga telah sering kali menyumpahi orang lain.”
Sewaktu menjadi korban gosip yang berbahaya, pertahanan terbaik adalah tingkah lakumu yang baik. Yesus mengatakan, “Hikmat dibuktikan adil-benar oleh perbuatannya.” (Matius 11:19) Jadi, cobalah untuk benar-benar bersikap ramah dan pengasih. Kamu mungkin tidak akan menyangka betapa cepatnya hal itu dapat menghentikan gosip—atau, setidaknya kamu bisa lebih tahan menghadapi dampaknya.
Gbu
Di ambil dari berbagai sumber :
Note : Richard L. Strauss authored nine books, and served as pastor of churches in Fort Worth, TX, Huntsville, AL. He was pastor of Emmanuel Faith Community Church in Escondido, CA from 1972 to 1993 when the Lord called him home.