Bacaan hari ini: Kejadian 6:1-7 Bacaan tahunan: Kejadian 5-6
“Tetapi Nuh mendapatkan kasih karunia di mata TUHAN.” (Kejadian 6:8)
Kejadian 6 : 1-7
Kejahatan manusia
1 Ketika manusia itu mulai bertambah banyak jumlahnya di muka bumi, dan bagi mereka lahir anak-anak perempuan,
2 maka anak-anak Allah melihat, bahwa anak-anak perempuan manusia itu cantik-cantik, lalu mereka mengambil isteri dari antara perempuan-perempuan itu, siapa saja yang disukai mereka.
3 Berfirmanlah TUHAN: “Roh-Ku tidak akan selama-lamanya tinggal di dalam manusia, karena manusia itu adalah daging, tetapi umurnya akan seratus dua puluh tahun saja.”
4 Pada waktu itu orang-orang raksasa ada di bumi, dan juga pada waktu sesudahnya, ketika anak-anak Allah menghampiri anak-anak perempuan manusia, dan perempuan-perempuan itu melahirkan anak bagi mereka; inilah orang-orang yang gagah perkasa di zaman purbakala, orang-orang yang kenamaan.
5 Ketika dilihat TUHAN, bahwa kejahatan manusia besar di bumi dan bahwa segala kecenderungan hatinya selalu membuahkan kejahatan semata-mata,
6 maka menyesallah TUHAN, bahwa Ia telah menjadikan manusia di bumi, dan hal itu memilukan hati-Nya.
7 Berfirmanlah TUHAN: “Aku akan menghapuskan manusia yang telah Kuciptakan itu dari muka bumi, baik manusia maupun hewan dan binatang-binatang melata dan burung-burung di udara, sebab Aku menyesal, bahwa Aku telah menjadikan mereka.”
Kejadian 5
Keturunan Adam
1 Inilah daftar keturunan Adam. Pada waktu manusia itu diciptakan oleh Allah, dibuat-Nyalah dia menurut rupa Allah;
2 laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka. Ia memberkati mereka dan memberikan nama “Manusia” kepada mereka, pada waktu mereka diciptakan.
3 Setelah Adam hidup seratus tiga puluh tahun, ia memperanakkan seorang laki-laki menurut rupa dan gambarnya, lalu memberi nama Set kepadanya.
4 Umur Adam, setelah memperanakkan Set, delapan ratus tahun, dan ia memperanakkan anak-anak lelaki dan perempuan.
5 Jadi Adam mencapai umur sembilan ratus tiga puluh tahun, lalu ia mati.
6 Setelah Set hidup seratus lima tahun, ia memperanakkan Enos.
7 Dan Set masih hidup delapan ratus tujuh tahun, setelah ia memperanakkan Enos, dan ia memperanakkan anak-anak lelaki dan perempuan.
8 Jadi Set mencapai umur sembilan ratus dua belas tahun, lalu ia mati.
9 Setelah Enos hidup sembilan puluh tahun, ia memperanakkan Kenan.
10 Dan Enos masih hidup delapan ratus lima belas tahun, setelah ia memperanakkan Kenan, dan ia memperanakkan anak-anak lelaki dan perempuan.
11 Jadi Enos mencapai umur sembilan ratus lima tahun, lalu ia mati.
12 Setelah Kenan hidup tujuh puluh tahun, ia memperanakkan Mahalaleel.
13 Dan Kenan masih hidup delapan ratus empat puluh tahun, setelah ia memperanakkan Mahalaleel, dan ia memperanakkan anak-anak lelaki dan perempuan.
14 Jadi Kenan mencapai umur sembilan ratus sepuluh tahun, lalu ia mati.
15 Setelah Mahalaleel hidup enam puluh lima tahun, ia memperanakkan Yared.
16 Dan Mahalaleel masih hidup delapan ratus tiga puluh tahun, setelah ia memperanakkan Yared, dan ia memperanakkan anak-anak lelaki dan perempuan.
17 Jadi Mahalaleel mencapai umur delapan ratus sembilan puluh lima tahun, lalu ia mati.
18 Setelah Yared hidup seratus enam puluh dua tahun, ia memperanakkan Henokh.
19 Dan Yared masih hidup delapan ratus tahun, setelah ia memperanakkan Henokh, dan ia memperanakkan anak-anak lelaki dan perempuan.
20 Jadi Yared mencapai umur sembilan ratus enam puluh dua tahun, lalu ia mati.
21 Setelah Henokh hidup enam puluh lima tahun, ia memperanakkan Metusalah.
22 Dan Henokh hidup bergaul dengan Allah selama tiga ratus tahun lagi, setelah ia memperanakkan Metusalah, dan ia memperanakkan anak-anak lelaki dan perempuan.
23 Jadi Henokh mencapai umur tiga ratus enam puluh lima tahun.
24 Dan Henokh hidup bergaul dengan Allah, lalu ia tidak ada lagi, sebab ia telah diangkat oleh Allah.
25 Setelah Metusalah hidup seratus delapan puluh tujuh tahun, ia memperanakkan Lamekh.
26 Dan Metusalah masih hidup tujuh ratus delapan puluh dua tahun, setelah ia memperanakkan Lamekh, dan ia memperanakkan anak-anak lelaki dan perempuan.
27 Jadi Metusalah mencapai umur sembilan ratus enam puluh sembilan tahun, lalu ia mati.
28 Setelah Lamekh hidup seratus delapan puluh dua tahun, ia memperanakkan seorang anak laki-laki,
29 dan memberi nama Nuh kepadanya, katanya: “Anak ini akan memberi kepada kita penghiburan dalam pekerjaan kita yang penuh susah payah di tanah yang telah terkutuk oleh TUHAN.”
30 Dan Lamekh masih hidup lima ratus sembilan puluh lima tahun, setelah ia memperanakkan Nuh, dan ia memperanakkan anak-anak lelaki dan perempuan.
31 Jadi Lamekh mencapai umur tujuh ratus tujuh puluh tujuh tahun, lalu ia mati.
32 Setelah Nuh berumur lima ratus tahun, ia memperanakkan Sem, Ham dan Yafet.
Kejadian 6
Kejahatan manusia
1 Ketika manusia itu mulai bertambah banyak jumlahnya di muka bumi, dan bagi mereka lahir anak-anak perempuan,
2 maka anak-anak Allah melihat, bahwa anak-anak perempuan manusia itu cantik-cantik, lalu mereka mengambil isteri dari antara perempuan-perempuan itu, siapa saja yang disukai mereka.
3 Berfirmanlah TUHAN: “Roh-Ku tidak akan selama-lamanya tinggal di dalam manusia, karena manusia itu adalah daging, tetapi umurnya akan seratus dua puluh tahun saja.”
4 Pada waktu itu orang-orang raksasa ada di bumi, dan juga pada waktu sesudahnya, ketika anak-anak Allah menghampiri anak-anak perempuan manusia, dan perempuan-perempuan itu melahirkan anak bagi mereka; inilah orang-orang yang gagah perkasa di zaman purbakala, orang-orang yang kenamaan.
5 Ketika dilihat TUHAN, bahwa kejahatan manusia besar di bumi dan bahwa segala kecenderungan hatinya selalu membuahkan kejahatan semata-mata,
6 maka menyesallah TUHAN, bahwa Ia telah menjadikan manusia di bumi, dan hal itu memilukan hati-Nya.
7 Berfirmanlah TUHAN: “Aku akan menghapuskan manusia yang telah Kuciptakan itu dari muka bumi, baik manusia maupun hewan dan binatang-binatang melata dan burung-burung di udara, sebab Aku menyesal, bahwa Aku telah menjadikan mereka.”
8 Tetapi Nuh mendapat kasih karunia di mata TUHAN.
Riwayat Nuh
9 Inilah riwayat Nuh: Nuh adalah seorang yang benar dan tidak bercela di antara orang-orang sezamannya; dan Nuh itu hidup bergaul dengan Allah.
10 Nuh memperanakkan tiga orang laki-laki: Sem, Ham dan Yafet.
11 Adapun bumi itu telah rusak di hadapan Allah dan penuh dengan kekerasan.
12 Allah menilik bumi itu dan sungguhlah rusak benar, sebab semua manusia menjalankan hidup yang rusak di bumi.
13 Berfirmanlah Allah kepada Nuh: “Aku telah memutuskan untuk mengakhiri hidup segala makhluk, sebab bumi telah penuh dengan kekerasan oleh mereka, jadi Aku akan memusnahkan mereka bersama-sama dengan bumi.
14 Buatlah bagimu sebuah bahtera dari kayu gofir; bahtera itu harus kaubuat berpetak-petak dan harus kaututup dengan pakal dari luar dan dari dalam.
15 Beginilah engkau harus membuat bahtera itu: tiga ratus hasta panjangnya, lima puluh hasta lebarnya dan tiga puluh hasta tingginya.
16 Buatlah atap pada bahtera itu dan selesaikanlah bahtera itu sampai sehasta dari atas, dan pasanglah pintunya pada lambungnya; buatlah bahtera itu bertingkat bawah, tengah dan atas.
17 Sebab sesungguhnya Aku akan mendatangkan air bah meliputi bumi untuk memusnahkan segala yang hidup dan bernyawa di kolong langit; segala yang ada di bumi akan mati binasa.
18 Tetapi dengan engkau Aku akan mengadakan perjanjian-Ku, dan engkau akan masuk ke dalam bahtera itu: engkau bersama-sama dengan anak-anakmu dan isterimu dan isteri anak-anakmu.
19 Dan dari segala yang hidup, dari segala makhluk, dari semuanya haruslah engkau bawa satu pasang ke dalam bahtera itu, supaya terpelihara hidupnya bersama-sama dengan engkau; jantan dan betina harus kaubawa.
20 Dari segala jenis burung dan dari segala jenis hewan, dari segala jenis binatang melata di muka bumi, dari semuanya itu harus datang satu pasang kepadamu, supaya terpelihara hidupnya.
21 Dan engkau, bawalah bagimu segala apa yang dapat dimakan; kumpulkanlah itu padamu untuk menjadi makanan bagimu dan bagi mereka.”
22 Lalu Nuh melakukan semuanya itu; tepat seperti yang diperintahkan Allah kepadanya, demikianlah dilakukannya.
“Ah, sudahlah. Percuma!” “Hopeless!” “Bo-hwat!” merupakan ungkapan-ungkapan yang sudah familiar di telinga. Istilah-istilah tersebut menyuarakan sebuah pesan: “Saya sudah tidak tahan lagi. Terserah deh kamu mau apa!” Ini terjadi ketika berhadapan dengan orang yang bebal, yang tidak mau diatur, atau tidak menunjukkan perubahan/perkembangan sesuai yang kita harapkan. Kepedulian, kesabaran, serta waktu yang kita dedikasikan seolah tidak membuahkan hasil signifikan. Alhasil, kita pun angkat tangan dan memutuskan untuk tidak turut campur.
Gaya penulisan teks Alkitab ini seolah melukiskan perasaan serupa. Allah digambarkan merasa sedih, menyesal, serta murka setelah melihat kejahatan manusia yang makin besar. Hal ini tentu sangat kontras dengan perasaan awal Allah yang melihat semuanya itu sungguh amat baik (bdk. Kej. 1:31). Bukan hanya tindakan manusia, tetapi juga intensi, motif, dan kecenderungan hati manusia, yang dicatat hanya membuahkan kejahatan semata (ay. 5). Kejahatan manusia pun menuntun kepada penghukuman Allah melalui air bah (Kej. 7). Bagian ini seolah menjadi kesimpulan catatan sebelumnya mengenai kejatuhan manusia. Uniknya, bagian ini sekaligus menjadi awal dari kisah anugerah Allah bagi kelangsungan ciptaan-Nya, melalui kehidupan dan keturunan Nuh.
Kisah ini menunjukkan keadilan dan kasih Allah secara bersamaan. Ia bukanlah Allah yang menyerah dan “bo-hwat” akan manusia yang secara konsisten jatuh dalam dosa. Frase “menyesallah TUHAN” ini tidak sedang menunjukkan bahwa Allah telah melakukan kesalahan dalam merancang manusia. Sebaliknya, penulis ingin menggambarkan kesedihan mendalam diri Allah akibat dosa manusia sekaligus ingin menunjukkan kasih-Nya bagi manusia, sekalipun konsekuensi dosa tidak dapat dihindari. Hal yang sama juga terjadi dalam kehidupan kita sebagai umat percaya. Kegagalan demi kegagalan yang kita alami tidak membuat Tuhan menyesal dan menyerah akan kita. Ia tetap beranugerah dan berperkara dengan kita dalam kasih anugerah-Nya. Kiranya kita tidak menganggap remeh anugerah Allah.
STUDI PRIBADI: Apakah respons kita terhadap anugerah Allah hingga saat ini? Adakah kita sungguh bersyukur atau justru “memanfaatkannya” untuk terus hidup di dalam dosa?
Pokok Doa: Berdoalah, kiranya anugerah Allah benar-benar dirasakan oleh setiap anak Tuhan sehingga menjadikan sukacita dan penghiburan dalam masa-masa sulit yang dialami saat ini.