Bacaan hari ini: Kejadian 15 | Bacaan tahunan: Kejadian 15-16
“Maka firman-Nya kepadanya: ‘Demikianlah banyaknya nanti keturunanmu’… Lagi firman TUHAN kepadanya: ‘Akulah TUHAN, yang membawa engkau keluar dari Ur-Kasdim untuk memberikan negeri ini kepadamu menjadi milikmu.’” (Kejadian 15:5-7)
Kejadian 15
Perjanjian Allah dengan Abram; janji tentang keturunannya
1 Kemudian datanglah firman TUHAN kepada Abram dalam suatu penglihatan: “Janganlah takut, Abram, Akulah perisaimu; upahmu akan sangat besar.”
2 Abram menjawab: “Ya Tuhan ALLAH, apakah yang akan Engkau berikan kepadaku, karena aku akan meninggal dengan tidak mempunyai anak, dan yang akan mewarisi rumahku ialah Eliezer, orang Damsyik itu.”
3 Lagi kata Abram: “Engkau tidak memberikan kepadaku keturunan, sehingga seorang hambaku nanti menjadi ahli warisku.”
4 Tetapi datanglah firman TUHAN kepadanya, demikian: “Orang ini tidak akan menjadi ahli warismu, melainkan anak kandungmu, dialah yang akan menjadi ahli warismu.”
5 Lalu TUHAN membawa Abram ke luar serta berfirman: “Coba lihat ke langit, hitunglah bintang-bintang, jika engkau dapat menghitungnya.” Maka firman-Nya kepadanya: “Demikianlah banyaknya nanti keturunanmu.”
6 Lalu percayalah Abram kepada TUHAN, maka TUHAN memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran.
7 Lagi firman TUHAN kepadanya: “Akulah TUHAN, yang membawa engkau keluar dari Ur-Kasdim untuk memberikan negeri ini kepadamu menjadi milikmu.”
8 Kata Abram: “Ya Tuhan ALLAH, dari manakah aku tahu, bahwa aku akan memilikinya?”
9 Firman TUHAN kepadanya: “Ambillah bagi-Ku seekor lembu betina berumur tiga tahun, seekor kambing betina berumur tiga tahun, seekor domba jantan berumur tiga tahun, seekor burung tekukur dan seekor anak burung merpati.”
10 Diambilnyalah semuanya itu bagi TUHAN, dipotong dua, lalu diletakkannya bagian-bagian itu yang satu di samping yang lain, tetapi burung-burung itu tidak dipotong dua.
11 Ketika burung-burung buas hinggap pada daging binatang-binatang itu, maka Abram mengusirnya.
12 Menjelang matahari terbenam, tertidurlah Abram dengan nyenyak. Lalu turunlah meliputinya gelap gulita yang mengerikan.
13 Firman TUHAN kepada Abram: “Ketahuilah dengan sesungguhnya bahwa keturunanmu akan menjadi orang asing dalam suatu negeri, yang bukan kepunyaan mereka, dan bahwa mereka akan diperbudak dan dianiaya, empat ratus tahun lamanya.
14 Tetapi bangsa yang akan memperbudak mereka, akan Kuhukum, dan sesudah itu mereka akan keluar dengan membawa harta benda yang banyak.
15 Tetapi engkau akan pergi kepada nenek moyangmu dengan sejahtera; engkau akan dikuburkan pada waktu telah putih rambutmu.
16 Tetapi keturunan yang keempat akan kembali ke sini, sebab sebelum itu kedurjanaan orang Amori itu belum genap.”
17 Ketika matahari telah terbenam, dan hari menjadi gelap, maka kelihatanlah perapian yang berasap beserta suluh yang berapi lewat di antara potongan-potongan daging itu.
18 Pada hari itulah TUHAN mengadakan perjanjian dengan Abram serta berfirman: “Kepada keturunanmulah Kuberikan negeri ini, mulai dari sungai Mesir sampai ke sungai yang besar itu, sungai Efrat:
19 yakni tanah orang Keni, orang Kenas, orang Kadmon,
20 orang Het, orang Feris, orang Refaim,
21 orang Amori, orang Kanaan, orang Girgasi dan orang Yebus itu.”
Kejadian 16
Hagar dan Ismael
1 Adapun Sarai, isteri Abram itu, tidak beranak. Ia mempunyai seorang hamba perempuan, orang Mesir, Hagar namanya.
2 Berkatalah Sarai kepada Abram: “Engkau tahu, TUHAN tidak memberi aku melahirkan anak. Karena itu baiklah hampiri hambaku itu; mungkin oleh dialah aku dapat memperoleh seorang anak.” Dan Abram mendengarkan perkataan Sarai.
3 Jadi Sarai, isteri Abram itu, mengambil Hagar, hambanya, orang Mesir itu, –yakni ketika Abram telah sepuluh tahun tinggal di tanah Kanaan–,lalu memberikannya kepada Abram, suaminya, untuk menjadi isterinya.
4 Abram menghampiri Hagar, lalu mengandunglah perempuan itu. Ketika Hagar tahu, bahwa ia mengandung, maka ia memandang rendah akan nyonyanya itu.
5 Lalu berkatalah Sarai kepada Abram: “Penghinaan yang kuderita ini adalah tanggung jawabmu; akulah yang memberikan hambaku ke pangkuanmu, tetapi baru saja ia tahu, bahwa ia mengandung, ia memandang rendah akan aku; TUHAN kiranya yang menjadi Hakim antara aku dan engkau.”
6 Kata Abram kepada Sarai: “Hambamu itu di bawah kekuasaanmu; perbuatlah kepadanya apa yang kaupandang baik.” Lalu Sarai menindas Hagar, sehingga ia lari meninggalkannya.
7 Lalu Malaikat TUHAN menjumpainya dekat suatu mata air di padang gurun, yakni dekat mata air di jalan ke Syur.
8 Katanya: “Hagar, hamba Sarai, dari manakah datangmu dan ke manakah pergimu?” Jawabnya: “Aku lari meninggalkan Sarai, nyonyaku.”
9 Lalu kata Malaikat TUHAN itu kepadanya: “Kembalilah kepada nyonyamu, biarkanlah engkau ditindas di bawah kekuasaannya.”
10 Lagi kata Malaikat TUHAN itu kepadanya: “Aku akan membuat sangat banyak keturunanmu, sehingga tidak dapat dihitung karena banyaknya.”
11 Selanjutnya kata Malaikat TUHAN itu kepadanya: “Engkau mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan akan menamainya Ismael, sebab TUHAN telah mendengar tentang penindasan atasmu itu.
12 Seorang laki-laki yang lakunya seperti keledai liar, demikianlah nanti anak itu; tangannya akan melawan tiap-tiap orang dan tangan tiap-tiap orang akan melawan dia, dan di tempat kediamannya ia akan menentang semua saudaranya.”
13 Kemudian Hagar menamakan TUHAN yang telah berfirman kepadanya itu dengan sebutan: “Engkaulah El-Roi.” Sebab katanya: “Bukankah di sini kulihat Dia yang telah melihat aku?”
14 Sebab itu sumur tadi disebutkan orang: sumur Lahai-Roi; letaknya antara Kadesh dan Bered.
15 Lalu Hagar melahirkan seorang anak laki-laki bagi Abram dan Abram menamai anak yang dilahirkan Hagar itu Ismael.
16 Abram berumur delapan puluh enam tahun, ketika Hagar melahirkan Ismael baginya.
Janji mengenai tanah dan keturunan menjadi sebuah tema yang sering kali muncul dalam perjalanan kehidupan umat Israel. Hal ini adalah sebuah wujud intervensi Alalh untuk membangun sebuah umat yang dirindukan menjadi sarana kehadiran berkat Allah bagi banyak bangsa. Janji mengenai tanah menjadi sebuah gambaran bahwa umat Allah akan tinggal di satu tempat yang Tuhan telah janjikan, sehingga tanah tersebut disebut sebagai Tanah Perjanjian. Sedangkan keturunan menjadi sebuah model bahwa pengenalan akan Tuhan akan diwariskan secara turun-temurun dalam keturunan Abraham. Itulah sebabnya hadirnya keturunan bagi keluarga Abraham menjadi sebuah hal yang penting.
Dalam iman, kita mengetahui bahwa janji Allah adalah “ya” dan “amin.” Allah sudah menyatakan janji mengenai keturunan ini di Kejadian 13:14-18. Namun untuk mempercayai janji Allah ini adalah sebuah proses seumur hidup. Hal inilah yang terjadi dalam kehidupan Abraham. Ia tahu janji Allah bagi kehidupannya, namun ketika usianya sudah semakin senja dan belum memiliki anak, maka Abraham berpikir bahwa hambanya, Eliezer, yang akan mewarisi semua harta bendanya. Namun sekali lagi Allah kembali meneguhkan perjanjian-Nya dengan Abraham, bahwa keturunan Abraham akan menjadi seperti bintang di langit. Melalui pernyataan Allah itu, Abraham kembali diteguhkan imannya. Abraham tetap mempercayai janji tersebut. Allah memperhitungkannya sebagai kebenaran.
Jika kita refleksikan firman ini dalam kehidupan kita, maka kita dapat belajar untuk tetap mempercayai janji Tuhan di tengah kondisi yang tidak kondusif sekalipun. Janji Tuhan menjadi kekuatan untuk kita terus teguh dan berharap kepada Tuhan dan tidak menjadi putus asa. Hal yang dapat menguatkan kita percaya kepada janji Tuhan, yaitu karena kita tahu bahwa Pribadi yang memberikan janji tersebut adalah Tuhan yang adalah Pencipta segala sesuatu. Tidak ada satu hal apapun yang sanggup menghalangi Allah untuk memenuhi janji-Nya. Percayalah!
STUDI PRIBADI: Apa yang membuat kita sering sulit mempercayai janji Tuhan? Bagaimana kita dapat meneladani Abraham dalam mempercayai janji Tuhan?
Pokok Doa: Berdoa bagi jemaat Tuhan agar mereka percaya dan berpegang teguh kepada janji Tuhan sebagaimana yang dinyatakan dalam Alkitab.