Tuhan Menolak Saul

Sesungguhnya, mendengarkan lebih baik dari pada korban sembelihan, memperhatikan lebih baik dari pada lemak domba-domba jantan.” (1 Samuel 15:22b)



Bacaan hari ini: 1 Samuel 15 | Bacaan setahun: 1 Samuel 15-16

Dalam perenungan sebelumnya (1 Samuel 13), Saul didapati tidak taat kepada Tuhan. Dalam bacaan hari ini, Saul kembali mengulangi ketidaktaatannya. Tuhan memerintahkan kepada Saul agar seluruh penduduk Amalek harus dibinasakan atau ditumpas, termasuk juga hewan ternak, tanpa terkecuali (ay. 3). Namun Saul berkelit, menggunakan akal pikirannya sendiri dan bertindak sesuai kehendaknya. Dia menyuruh Keni, orang Amalek itu pergi dari perkemahan orang Amalek, sehingga dia tidak dibunuh, karena Keni menunjukkan persahabatannya kepada Israel (ay. 6). Saul juga membiarkan hidup Agag, raja orang Amalek dan hewan ternak yang terbaik (ay. 9), dengan alasan hewan ternak itu akan dipersembahkan sebagai korban bagi Tuhan (ay. 15). Masuk akal bukan? Bukankah hal ini adalah niat hati yang baik dari Saul dalam pandangan manusia? Namun Saul telah menentang perintah Tuhan, yang menyuruhnya menumpas habis semua penduduk Amalek, termasuk hewan ternaknya. Dengan demikian, sekali lagi Saul tidak menaati.

Dengan teguran yang keras, Tuhan menegur Saul melalui Samuel, “Taat kepada TUHAN lebih baik daripada mempersembahkan kurban. Patuh lebih baik daripada lemak domba” (ay. 22b, Alkitab Bahasa Indonesia Sehari-Hari). Tuhan lebih senang Saul menaati perintah-Nya dan patuh kepada-Nya daripada segala korban bakaran dan lemak-lemak dari ternak yang terbaik sekalipun. Dengan jelas, Tuhan menilai Saul adalah seorang pemberontak, yang mana sama dengan dosa bermain dengan kuasa gelap. Kekerasan hati Saul, setara dengan dosa penyembahan berhala di hadapan Tuhan. Karena ketidaktaatan Saul, maka Tuhan menolak Saul sebagai raja Israel (ay. 23).

Sekali lagi, kisah ini mengingatkan kita untuk taat sepenuhnya kepada Tuhan, kepada perintah-Nya dan kepada firman-Nya. Ketidaktaatan dan kekerasan hati adalah perbuatan dosa yang serius di hadapan Tuhan; ketidaktaatan dan kekerasan hati sama dengan tidak mau menyembah dan tunduk kepada Tuhan.

STUDI PRIBADI: Apa kesalahan Saul? Adakah ketidaktaatan dan kekerasan hati dalam diri kita? Jika ada, datanglah kepada Tuhan dan rendahkanlah diri di hadapan-Nya.

Berdoalah: Tuhan, kami rendahkan diri di hadapan-Mu, ampuni karena kami tidak taat dan keras hati. Tebus hati kami, karuniakanlah kami hati yang baru, roh yang baru, agar kami hidup mentaati dan menyenangkan-Mu. Amin. 

Sharing Is Caring :