Iri Hati Akar Kejahatan

Bacaan hari ini: Kejadian 4 | Bacaan tahunan: Kejadian 4


“Mengapa hatimu panas dan mukamu muram? Apakah mukamu tidak akan berseri, jika engkau berbuat baik? Tetapi jika engkau tidak berbuat baik, dosa sudah mengintip di depan pintu; ia sangat menggoda engkau, tetapi engkau harus berkuasa atasnya.” (Kej. 4:6-7)

Sebagai manusia berdosa, kita perlu akui bahwa iri hati merupakan dosa yang sering kita lakukan. Tanpa berusaha menggeneralisasi, setiap orang umumnya pernah merasakan iri hati meski dalam kadar yang berbeda-beda. Bahkan, seorang anak balita pun dapat iri hati ketika ia diperlakukan beda dengan saudaranya. Oleh sebab itu, berulang kali firman Tuhan mengingatkan kita, anak Tuhan, bahaya iri hati. Iri hati merusak diri sendiri dan juga hubungan dengan sesama maupun dengan Allah.

Kisah Kain dan Habel pada awal kitab Kejadian pun berusaha mengajarkan pesan serupa. Konflik terjadi ketika persembahan Habel lebih diterima oleh Allah daripada persembahan Kain (ay. 4-5). Meski Alkitab tidak mengungkapkan dengan jelas alasan yang ada di baliknya, Ibrani 11:4 menjelaskan bahwa iman Habel diperhitungkan Allah berkaitan dengan hal ini. Berbeda dengan pengamatan manusia, Allah melihat kondisi hati dan motivasi manusia (1 Sam. 16:7). Kondisi ini juga terlihat pada reaksi Kain. Dalam situasi inilah, Allah sekali lagi berintervensi dengan menegur sikap hati Kain yang dikuasai oleh rasa iri hati dan amarah. Pada akhirnya, Kain pun mengabaikan teguran tersebut dan membunuh Habel, adiknya sendiri.

Berkaca dari sikap Kain ini, sebagai manusia berdosa, setiap kita tentu akan sulit menerima dan jengkel ketika hal serupa terjadi. Sebagai umat percaya, kita pun juga yakin bahwa Roh Kudus akan terus mengingatkan kita sebuah pesan yang sama: “Anakku, dosa sudah mengintip di depan pintu; ia sangat menggoda engkau, tetapi engkau harus berkuasa atasnya” (Kej. 4:7). Permasalahannya adalah bagaimana kita meresponi teguran-Nya saat itu. Biarlah kita terus berjuang dan bergumul untuk terus peka pada teguran Roh Kudus melalui kebenaran firman-Nya. Kisah ini diakhiri dengan sebuah anugerah Allah yang indah. Kegagalan Kain meredam amarahnya tidak menjadi alasan bagi Allah untuk tetap mengasihinya. Begitu pula dengan setiap kita yang masih bergumul akan hal ini. Biarlah kasih anugerah Allah lah yang membuat kita terus bersandar kepada-Nya
dalam menjalani hari-hari kita.

STUDI PRIBADI: Bagaimana anugerah Allah yang besar dan tiada henti, menolong Saudara untuk meresponi teguran Roh Kudus saat iri hati berusaha menguasai diri Anda?

Pokok Doa: Berdoalah agar Tuhan memampukan setiap anak Tuhan agar dapat mengendalikan diri pada saat iri hati dan amarah mulai menguasai hati dan pikiran mereka. 

Sharing Is Caring :