Bacaan hari ini: Kejadian 4 | Bacaan tahunan: Kejadian 4
“Mengapa hatimu panas dan mukamu muram? Apakah mukamu tidak akan berseri, jika engkau berbuat baik? Tetapi jika engkau tidak berbuat baik, dosa sudah mengintip di depan pintu; ia sangat menggoda engkau, tetapi engkau harus berkuasa atasnya.” (Kej. 4:6-7)
Kejadian 4
Manusia jatuh ke dalam dosa
1 Adapun ular ialah yang paling cerdik dari segala binatang di darat yang dijadikan oleh TUHAN Allah. Ular itu berkata kepada perempuan itu: “Tentulah Allah berfirman: Semua pohon dalam taman ini jangan kamu makan buahnya, bukan?”
2 Lalu sahut perempuan itu kepada ular itu: “Buah pohon-pohonan dalam taman ini boleh kami makan,
3 tetapi tentang buah pohon yang ada di tengah-tengah taman, Allah berfirman: Jangan kamu makan ataupun raba buah itu, nanti kamu mati.”
4 Tetapi ular itu berkata kepada perempuan itu: “Sekali-kali kamu tidak akan mati,
5 tetapi Allah mengetahui, bahwa pada waktu kamu memakannya matamu akan terbuka, dan kamu akan menjadi seperti Allah, tahu tentang yang baik dan yang jahat.”
6 Perempuan itu melihat, bahwa buah pohon itu baik untuk dimakan dan sedap kelihatannya, lagipula pohon itu menarik hati karena memberi pengertian. Lalu ia mengambil dari buahnya dan dimakannya dan diberikannya juga kepada suaminya yang bersama-sama dengan dia, dan suaminyapun memakannya.
7 Maka terbukalah mata mereka berdua dan mereka tahu, bahwa mereka telanjang; lalu mereka menyemat daun pohon ara dan membuat cawat.
8 Ketika mereka mendengar bunyi langkah TUHAN Allah, yang berjalan-jalan dalam taman itu pada waktu hari sejuk, bersembunyilah manusia dan isterinya itu terhadap TUHAN Allah di antara pohon-pohonan dalam taman.
9 Tetapi TUHAN Allah memanggil manusia itu dan berfirman kepadanya: “Di manakah engkau?”
10 Ia menjawab: “Ketika aku mendengar, bahwa Engkau ada dalam taman ini, aku menjadi takut, karena aku telanjang; sebab itu aku bersembunyi.”
11 Firman-Nya: “Siapakah yang memberitahukan kepadamu, bahwa engkau telanjang? Apakah engkau makan dari buah pohon, yang Kularang engkau makan itu?”
12 Manusia itu menjawab: “Perempuan yang Kautempatkan di sisiku, dialah yang memberi dari buah pohon itu kepadaku, maka kumakan.”
13 Kemudian berfirmanlah TUHAN Allah kepada perempuan itu: “Apakah yang telah kauperbuat ini?” Jawab perempuan itu: “Ular itu yang memperdayakan aku, maka kumakan.”
14 Lalu berfirmanlah TUHAN Allah kepada ular itu: “Karena engkau berbuat demikian, terkutuklah engkau di antara segala ternak dan di antara segala binatang hutan; dengan perutmulah engkau akan menjalar dan debu tanahlah akan kaumakan seumur hidupmu.
15 Aku akan mengadakan permusuhan antara engkau dan perempuan ini, antara keturunanmu dan keturunannya; keturunannya akan meremukkan kepalamu, dan engkau akan meremukkan tumitnya.”
16 Firman-Nya kepada perempuan itu: “Susah payahmu waktu mengandung akan Kubuat sangat banyak; dengan kesakitan engkau akan melahirkan anakmu; namun engkau akan berahi kepada suamimu dan ia akan berkuasa atasmu.”
17 Lalu firman-Nya kepada manusia itu: “Karena engkau mendengarkan perkataan isterimu dan memakan dari buah pohon, yang telah Kuperintahkan kepadamu: Jangan makan dari padanya, maka terkutuklah tanah karena engkau; dengan bersusah payah engkau akan mencari rezekimu dari tanah seumur hidupmu:
18 semak duri dan rumput duri yang akan dihasilkannya bagimu, dan tumbuh-tumbuhan di padang akan menjadi makananmu;
19 dengan berpeluh engkau akan mencari makananmu, sampai engkau kembali lagi menjadi tanah, karena dari situlah engkau diambil; sebab engkau debu dan engkau akan kembali menjadi debu.”
20 Manusia itu memberi nama Hawa kepada isterinya, sebab dialah yang menjadi ibu semua yang hidup.
21 Dan TUHAN Allah membuat pakaian dari kulit binatang untuk manusia dan untuk isterinya itu, lalu mengenakannya kepada mereka.
22 Berfirmanlah TUHAN Allah: “Sesungguhnya manusia itu telah menjadi seperti salah satu dari Kita, tahu tentang yang baik dan yang jahat; maka sekarang jangan sampai ia mengulurkan tangannya dan mengambil pula dari buah pohon kehidupan itu dan memakannya, sehingga ia hidup untuk selama-lamanya.”
23 Lalu TUHAN Allah mengusir dia dari taman Eden supaya ia mengusahakan tanah dari mana ia diambil.
24 Ia menghalau manusia itu dan di sebelah timur taman Eden ditempatkan-Nyalah beberapa kerub dengan pedang yang bernyala-nyala dan menyambar-nyambar, untuk menjaga jalan ke pohon kehidupan.
Sebagai manusia berdosa, kita perlu akui bahwa iri hati merupakan dosa yang sering kita lakukan. Tanpa berusaha menggeneralisasi, setiap orang umumnya pernah merasakan iri hati meski dalam kadar yang berbeda-beda. Bahkan, seorang anak balita pun dapat iri hati ketika ia diperlakukan beda dengan saudaranya. Oleh sebab itu, berulang kali firman Tuhan mengingatkan kita, anak Tuhan, bahaya iri hati. Iri hati merusak diri sendiri dan juga hubungan dengan sesama maupun dengan Allah.
Kisah Kain dan Habel pada awal kitab Kejadian pun berusaha mengajarkan pesan serupa. Konflik terjadi ketika persembahan Habel lebih diterima oleh Allah daripada persembahan Kain (ay. 4-5). Meski Alkitab tidak mengungkapkan dengan jelas alasan yang ada di baliknya, Ibrani 11:4 menjelaskan bahwa iman Habel diperhitungkan Allah berkaitan dengan hal ini. Berbeda dengan pengamatan manusia, Allah melihat kondisi hati dan motivasi manusia (1 Sam. 16:7). Kondisi ini juga terlihat pada reaksi Kain. Dalam situasi inilah, Allah sekali lagi berintervensi dengan menegur sikap hati Kain yang dikuasai oleh rasa iri hati dan amarah. Pada akhirnya, Kain pun mengabaikan teguran tersebut dan membunuh Habel, adiknya sendiri.
Berkaca dari sikap Kain ini, sebagai manusia berdosa, setiap kita tentu akan sulit menerima dan jengkel ketika hal serupa terjadi. Sebagai umat percaya, kita pun juga yakin bahwa Roh Kudus akan terus mengingatkan kita sebuah pesan yang sama: “Anakku, dosa sudah mengintip di depan pintu; ia sangat menggoda engkau, tetapi engkau harus berkuasa atasnya” (Kej. 4:7). Permasalahannya adalah bagaimana kita meresponi teguran-Nya saat itu. Biarlah kita terus berjuang dan bergumul untuk terus peka pada teguran Roh Kudus melalui kebenaran firman-Nya. Kisah ini diakhiri dengan sebuah anugerah Allah yang indah. Kegagalan Kain meredam amarahnya tidak menjadi alasan bagi Allah untuk tetap mengasihinya. Begitu pula dengan setiap kita yang masih bergumul akan hal ini. Biarlah kasih anugerah Allah lah yang membuat kita terus bersandar kepada-Nya
dalam menjalani hari-hari kita.
STUDI PRIBADI: Bagaimana anugerah Allah yang besar dan tiada henti, menolong Saudara untuk meresponi teguran Roh Kudus saat iri hati berusaha menguasai diri Anda?
Pokok Doa: Berdoalah agar Tuhan memampukan setiap anak Tuhan agar dapat mengendalikan diri pada saat iri hati dan amarah mulai menguasai hati dan pikiran mereka.