Daud, Nabal Dan Abigail

“Terpujilah TUHAN, Allah Israel, yang mengutus engkau menemui aku pada hari ini; terpujilah kebijakanmu…, bahwa engkau pada hari ini menahan aku dari pada melakukan hutang darah dan dari pada bertindak sendiri dalam mencari keadilan.” (1Sam. 25:32-33)



Bacaan hari ini: 1 Samuel 25:2-44 | Bacaan setahun: 1 Samuel 25

Kita tentu tidak mau diperlakukan buruk oleh orang lain, misalnya ditolak dan dihina, terlebih jika kita sudah melakukan hal yang baik terlebih dulu. Sekalipun kita termasuk orang yang sabar, tentu ada perasaan kecewa, marah, bahkan perasaan tidak dapat terima.

Situasi tersebut dialami oleh Daud ketika berhadapan dengan Nabal. Teks ini mengisahkan kemarahan Daud akibat sikap kurang terpuji Nabal yang menolak permintaan Daud. Nabal menolak, menghina serta memaki- maki Daud sebagai orang asing yang hidup dalam pelarian. Oleh sebab itu, Daud berencana memerangi Nabal dan membawa 400 orang bersamanya. Untungnya, berita tersebut terdengar oleh istri Nabal, Abigail, yang dengan bijaksana berusaha untuk meredam emosi Daud. Abigail rela menanggung hukuman suaminya. Daud, akhirnya, memutuskan untuk mendengarkan Abigail dan membatalkan rencananya. Hikmat perkataan Abigail menjadi alasan kuat bagi Daud untuk membatalkan rencananya. Meski demikian, Nabal pun meninggal akibat penghukuman TUHAN ketika mengadakan jamuan pesta di kediamannya. TUHAN lah yang menjadi pembela Daud.

Sikap Abigail ini menarik untuk diteladani. Ia mampu menempatkan diri dan perkataannya dengan baik ketika berhadapan dengan Daud. Ia bukan hanya bijak menasihati, tetapi juga rela menanggung hukuman bila Daud menolak nasihatnya. Ironisnya, Nabal bahkan tidak tahu perbuatan sang istri yang telah menyelamatkan nyawanya (meski hanya sesaat). Hal ini mengingatkan kita akan sikap Kristus bagi manusia berdosa. Kristus telah memohon pengampunan Allah Bapa dan Kristus juga telah merelakan diri-Nya menanggung hukuman kita. Apakah kisah Nabal ini menggambarkan kita secara pribadi akan karya keselamatan Allah? Hikmat bijaksana dan kasih Kristus yang teramat besar telah menyelamatkan kita, sekalipun kita adalah seteru-Nya. Kiranya firman Tuhan ini mendorong kita untuk semakin menyadari apa yang Kristus sudah lakukan bagi kita dan kita dapat hidup mengerjakan keselamatan yang telah Ia anugerahkan.

STUDI PRIBADI: Dari tiga tokoh ini, manakah gambaran kita? Apakah seperti Daud yang impulsif melakukan sesuatu? Atau seperti Nabal yang tidak menghargai kebaikan orang lain? Atau, Abigail yang rendah hati menghadapi tantangan dengan penuh hikmat?

Pokok Doa: Berdoalah agar Roh Kudus menolong setiap kita untuk memiliki hati yang terus mengingat dan menghargai setiap karya Kristus dalam kehidupan kita. 

Sharing Is Caring :