Pemberontakan Seba

“’Tetapi engkau ini berikhtiar membinasakan suatu kota, apalagi suatu kota induk di Israel. Mengapa engkau hendak menelan habis milik pusaka TUHAN?’ Lalu Yoab menjawab: ‘Jauhlah, jauhlah dari padaku untuk menelan dan memusnahkan!’” (2Sam. 20:19c-20)



Bacaan hari ini: 2 Samuel 20:1-22 | Bacaan setahun: 2 Samuel 20

Setelah pemberontakan Absalom yang menguras energi, kini Daud diperhadapkan pada pemberontakan Seba bin Bikri. Daud menganggap Seba lebih berbahaya daripada Absalom, sehingga berupaya menghentikan gerakan Seba ini. Daud mengutus Abisai setelah tahu bahwa Amasa tak bisa dipercaya. Yoab pun turut serta hingga Amasa mati di tangannya.

Kisah hidup Daud penuh dengan narasi pemberontakan dan pembunuhan kejam. Untuk memberikan nilai rohani pada narasi semacam itu tidak mudah. Kita tidak boleh menilai situasi zaman berdasarkan norma- norma masa kini. Dengan menyadari adanya perbedaan konteks zaman, maka ini menolong kita untuk menggali nilai yang tersembunyi di balik narasi pemberontakan dan pembunuhan pada masa Daud berkuasa.

Salah satu bagian yang menarik adalah seruan seorang perempuan bijaksana kepada Yoab; “Dahulu biasa orang berkata begini: Baiklah orang minta petunjuk di Abel dan di Dan, apakah sudah dihapuskan apa yang telah ditetapkan oleh orang-orang yang setia di Israel! Tetapi engkau ini berikhtiar membinasakan suatu kota, apalagi suatu kota induk di Israel. Mengapa engkau hendak menelan habis milik pusaka TUHAN?” (18, 19).

Yoab pun tersadar dan mengingat tradisi dan ketentuan tentang pentingnya menjaga milik pusaka Tuhan. Keberadaan dan ketentuan yang digemakan seorang perempuan bijaksana ini telah mencegah terjadinya pertumpahan darah yang akan memakan korban yang lebih banyak. Hanya Seba yang akhirnya kehilangan nyawa. Tradisi memelihara pusaka Tuhan telah berhasil mencegah jatuhnya banyak korban.

Ternyata hal yang terpenting adalah mencapai kehendak TUHAN. Tapi apakah kita pernah dengan hati-hati mendetailkan langkah yang kita ambil untuk mewujudkan kehendak TUHAN itu? Jangan-jangan, kita sedang beranggapan mewujudkan kehendak TUHAN, tetapi saat yang sama kita sedang melanggar perintah TUHAN yang lain. Karena itu, mintalah hikmat untuk bermawas diri terhadap cara kita merealisasikan kehendak-Nya.

STUDI PRIBADI: Bagaimana cara Anda berhati-hati melakukan prinsip kebenaran Firman? Apa yang Anda perlukan untuk bermawas diri?

Pokok Doa: Berdoalah agar kita sebagai umat Tuhan boleh taat melakukan kehendak Tuhan di dalam hidup kita, serta tidak menganggap jalan dan kehendak kita lebih benar dari jalan dan kehendak Allah. 

Sharing Is Caring :